MANAJEMEN PADANG PENGGEMBALAAN (MPP)

Modul 1

METODE PENGUKURAN PRODUKSI POTENSIAL PASTURA

Kegiatan belajar 1

A. Evaluasi Produksi

            Untuk mengevaluasi produksi potensial dari suatu pastura maka perlu adanya metode analisa botani hijauan makan ternak yang cepat dan tepat.  Ada banyak metode yang biasa digunakan dalam mengevaluasi produksi potensial pastura. Metode yang cepat dan tepat akan memudahkan kita untuk mengetahui kemampuan potensial dari suatu pastura. Berbagai jenis hijauan baik legum maupun rumput dicatat dan dilakukan estimasi untuk mengetahui species yang dominan di dalam pastura. Selanjutnya dilakukan estimasi produksi bahan kering dari komponen yang ada dalam pastura. Pencatatan dan evaluasi produksi potensial akan memudahkan kita untuk mengendalikan pemanfaatan hijauan makanan ternak sehingga suplainya akan selalu memenuhi sesuai dengan kebutuhan ternak yang ada. 

 

B. Berbagai Teknik Evaluasi Produksi

            Ada beberapa metode analisa botani hijauan makanan ternak yang telah dikenal, antara lain :

a.     Metode pemisahan, dilakukan pemisahan dengan tangan komponen-komponen hijauan makanan ternak yang telah dipotong selanjutnya ditimbang.

b.     Estimasi persentase, dilakukan estimasi presentase berat hijauan makanan ternak yang telah dipotong.

c.     Estimasi in situ, dilakukan estimasi persentase berat secara in situ di pastura atau di padang penggembalaan.

d.     Estimasi unit, dilakukan estimasi unit berat dari tiap-tiap species yang ada di pastura atau padang penggembalaan.

Metode pemisahan merupakan metode yang paling teliti jika digunakan jumlah sampel yang cukup besar, tetapi memerlukan waktu yang lama dan fasilitas pengeringan yang memadai. Metode estimasi presentase, estimasi in situ dan estimasi unit adalah cara yang lebih cepat, tetapi kurang teliti karena dipengaruhi oleh faktor-faktor subjektif.

 

C. Metode “Dry Weight Rank”

Saat ini ada metode yang telah diperkenalkan yaitu metode “rank” berupa perbandingan yang memberikan “presentase relatif” tentang kedudukan masing-masing species (relative importance percentage). Metode ini digunakan untuk menaksir komposisi botani padang penggembalaan atas dasar bahan kering tanpa melakukan pemotongan dan pemisahan species hijauan.   

Untuk penghitungan persentase relatif dari metode “Dry weight rank” diperlukan bahan-bahan sebagai berikut :

-        Bingkai (frame, quadrat) terbuat dari kayu atau bahan lain yang ringan, berukuran 0,5m x 0,5m atau 1,0m x 1,0m

-        Tabel isian (lihat contoh)

-        Alat tulis

            Pelaksanaan di padang penggembalaan, bingkai berukuran 0,5m x 0,5m atau 1,0m x 1,0m di tempatkan secara acak dan dicatat semua species yang ada kemudian lakukan estimasi species yang menduduki tempat pertama, kedua dan ketiga dalam hal bahan kering.  Kemudian angka perbandingan ini dikalikan dengan koefisien menurut aturan sebagai berikut :

-        Tempat pertama, dikalikan 70,2

-        Tempat kedua, dikalikan 21,1

-        Tempat ketiga, dikalikan 8,7

D. Pemanfaatan hijauan pakan ternak untuk kelestarian suplai

            Pada bahasan-bahasan terdahulu telah diuraikan betapa pentingnya memelihara kelestarian suplai hijauan makanan ternak. inti persoalan adalah dalam arti pemenuhan zat gizi dan suplai dalam arti kata kuantum. Dalam hal ini masalah dititik beratkan pada mencukupi kebutuhan ternak akan hijauan dengan gizi yang tinggi, dimana dalam pemanfaatan dan pengelolaan pertanaman hijauan makanan ternak di lapangan produksinya tidak boleh menurun.

            Dalam rangka pemanfaatan hijauan makanan ternak untuk kelestarian suplai, maka ada beberapa cara pengendalian pemanfaatan hijauan makanan ternak, salah satunya yaitu menyangkut pengaturan defoliasi. Dari penelitian di Bogor terdapat kecenderungan hubungan antara produksi hijauan-ulangan pemotongan, dan keadaan air dalam tanah (curah hujan).

1.     Pada curah hujan rendah, produksi hijauan yang tinggi dapat dicapai bila ulangan pemotongan diperpanjang waktunya.

2.     Pada curah hujan tinggi, ulangan pemotongan yang diperpanjang waktunya tidak menjamin produksi hijauan tinggi.

3.     Pada tiap macam ulangan pemotongan terdapat perbedaan produksi, tergantung pada curah hujan dan ulangan pemotongan yang dilakukan.

           

            Untuk tujuan mempertahankan kemampuan produksi untuk jangka waktu yang lama maka harus disesuaikan dengan musim yang berlaku. Pengelolaan ulangan yang dianjurkan antara 30-40 hari sekali dalam musim hujan dan 50-60 hari sekali dalam musim kemarau. Karena produksi dalam setahun per satuan luas tanah merupakan panen kumulatif yang terjadi dari beberapa kali pemotongan maka dapat diturunkan persamaan sebagai berikut :

 

Produksi setahun per satuan luas =

 

Misalnya menurut keterangan sejenis hijauan mampu menghasilkan 100.000 kg/ha/tahun. Daerah bersangkutan memiliki musim hujan selama 4 bulan dan musim kemarau selama 8 bulan; produksi masing-masing sebesar p kg pada musim hujan dan 1/2P kg pada musim kemarau. Bila ulangan pemotongan pada musim hujan 40 hari dan pada musim kemarau 60 hari sekali maka produksi setahun per satuan luas dapat ditulis sebagai berikut :

 

Didapatkan harga p = 20.000 kg. Harga ini menggambarkan produksi kumulatif sekali potong selama musim hujan 20.000 kg dan selama musim kemarau adalah 1/2 P = 10.000 kg. Dalam satu hari maka tiap musim masing-masing tersedia : 20.000/40 = 500 kg pada musim hujan dan 10.000/60 = 166,6 kg pada musim kemarau.

Bila seekor sapi membutuhkan sekitar 40 kg hijauan sehari maka pada kondisi padang penggembalaan seperti ini dapat dipelihara rata-rata :

(500 + 166,6)/(40x2) = 8,3 ekor

Dengan catatan bahwa kemungkinan kelebihan produksi pada musim hujan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.